Kota yang baik adalah kota yang memiliki kenangan
tahapan pembangunan, dimana kota
bagaikan mahkluk hidup yang tumbuh dan berkembang, kemudian mati apabila
tidak terpelihara.
Hal ini menyiratkan bahwa suatu kota pasti memiliki kawasan bersejarah
(Wijarnaka, 2005).
Kawasan bersejarah merupakan suatu kawasan yang didalamnya terdapat
berbagai peninggalan
masa lampau dari terbentuknya suatu kota, baik berupa wujud fisik
historis maupun berupa nilai
dan pola hidup masyarakatnya, serta kepercayaannya. Terbentuknya suatu
kota pada dasarnya
dikarenakan oleh adanya aktivitas masyarakat yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana
sebagai penunjang aktivitas tersebut.
Setelah terbentuknya suatu kota, kemudian
terjadinya perkembangan kota, dimana salah
satu aktivitas masyarakat yang mempengaruhinya yaitu aktivitas
perdagangan. Aktivitas
masyarakat pada sektor perdagangan berdampak pada perkembangan
perekonomian kota yang
membawa pengaruh perkembangan kota tersebut menjadi pusat kota
perdagangan. Dengan kondisi
perekonomian tersebut secara langsung berdampak pada perkembangan
permukiman menjadi
kawasan perkotaan. Hal ini terjadi pula pada Kota Palembang yang
berkembang menjadi kawasan
perkotaan karena aktivitas perekonomian bergantung pada sektor
perdagangan, selain itu Kota
Palembang didukung dengan adanya pelabuhan sebagai pusat aktivitas .
Perkembangan Kota Palembang menjadi kawasan
perkotaan tidak terlepas dari sejarah
perkembangannya sebagai kota pelabuhan yang berada di bagian Ilir Sungai
Musi. Pada abad ke-17
keberadaan pelabuhan berkembang pesat karena didukung oleh adanya Sungai
Musi sebagai jalur
perdagangan penghubung jaringan pusat-pusat perniagaan Indonesia barat
dengan jaringan
perdagangan Asia. Sejarah perkembangan Kota Palembang sebagai penghubung
perdagangan antar negara menyebabkan Kota Palembang mengalami
perkembangan perekonomian
yang sangat pesat, selain itu diikuti dengan perkembangan fisik kota
meliputi penggunaan lahan,
prasarana kawasan, bangunan, dan corak budaya yang memperlihatkan
karakter Kota Palembang
pada masa tersebut.
Perkembangan Kota Palembang sebagai kota
perdagangan dimulai pada masa Sriwijaya
(682-1365), Kesultanan Palembang Darussalam (1643-1821) dilanjutkan masa
kolonialisme
penjajahan Belanda (1821-1945) dan sampai sekarang masa setelah Indonesia
merdeka (1945-
sekarang. Salah satu kawasan yang memiliki peninggalan bersejarah berupa
2 bangunan, prasarana fisik dan benda bersejarah lainnya, dimana dapat
dilihat pada bangunannya
memiliki corak arsitektur Jawa pada Kesultanan Palembang Darussalam,
arsitektur Eropa oleh
Belanda, dan arsitektur Cina yaitu berada di Kawasan Benteng Kuto Besak.
Awal mula terbentuknya Kawasan Benteng Kuto Besak
dimulai pada masa Kesultanan
Palembang Darussalam, dimana kawasan tersebut berfungsi sebagai
pemerintahan dan merupakan
keraton Kesultanan Palembang yang tatanan bangunannya seperti keraton di
Jawa, namun arah
keraton ke sebelah selatan karena dipengaruhi kepercayaan Cina. Kemudian
Kesultanan Palembang
Darussalam runtuh karena dikalahkan penjajah sehingga kawasan tersebut
diambil alih oleh
Belanda. Walaupun fungsi kawasan masih digunakan sebagai pemerintahan
dan pertahanan dari
perlawanan rakyat Palembang dan penjajah asing lainnya, namun sebagian
besar bangunan di
dalam kawasan dihancurkan dan dibangun bangunan serta prasarana
penunjang untuk kepentingan
Belanda. Akan tetapi, adapula yang dilakukan penambahan ornamen dan
pemugaran bangunan.
Setelah masa kolonialisme penjajahan Belanda berakhir, kawasan Benteng
Kuto Besak pada masa
kemerdekaan sampai sekarang digunakan sebagai pemerintahan Kota
Palembang dan kawasan
militer, dimana menempati bangunan bersejarah seperti kantor Ledeng
digunakan sebagai Kantor
Walikota dan Benteng Kuto Besak digunakan KODAM II Sriwijaya. Selain
itu, kawasan ini
difungsikan sebagai tempat wisata, perdagangan dan jasa, serta prasarana
penunjang lainnya seperti
masjid dan rumah sakit.
Terjadinya perubahan pola struktur ruang kawasan
yang diikuti dengan perubahan
pemanfaatan bangunan dari tiap zaman sehingga membentuk karakteristik
khas kawasan. Dengan
adanya karakteristik khas tersebut dan letaknya yang strategis, maka
pemerintah Kota Palembang
menetapkan kawasan ini menjadi kawasan wisata berdasarkan keputusan
Walikota Palembang No.
782 Tahun 2004 dan pada tahun 2008 menggalakkan “Visit Musi 2008”,
dimana salah satu obyek
wisata yang dijadikan tujuan wisata yaitu berada di kawasan Benteng Kuto
Besak atau yang sering
disingkat dengan “BKB”. Hal ini juga tertuang pada RTRW Tahun 2004 dan
RDTRK Pusat Kota
Tahun 2005 yang menyatakan bahwa kawasan Benteng Kuto Besak merupakan
kawasan
konservasi atau kawasan cagar budaya yang dimanfaatkan sebagai kawasan
wisata.
Walaupun pemanfaatan kawasan digunakan untuk
kawasan pusat pemerintah dan militer
yang berfungsi sebagai pelayanan publik, namun aktivitas masyarakat
didalamnya dapat
menghilangkan ciri khas bangunan atau berkurangnya nilai sejarah dilihat
dari aspek pelestarian
karena adanya penambahan maupun perubahan salah satu sisi bangunan.
Selain itu, pemanfaatan
kawasan tersebut kurang memiliki daya tarik sehingga pengunjung kurang
menikmati suasana
kawasan peninggalan bersejarah tersebut. Ditambah pula, adanya desakan
pertumbuhan
perekonomian kota Palembang sebagai kawasan perkotaan modern
mengakibatkan bergesernya
nilai bangunan sejarah beserta prasarana fisik di kawasan tersebut. Hal
ini dikarenakan pada
3 umumnya, kelestarian bangunan kuno terancam hilang dan rusak karena
berada di lokasi yang
cukup strategis sehingga terkadang nilai ekonomis-komersial mengalahkan
nilai-nilai lain yang
dimilikinya (Antariksa, 2007). Apalagi Kota Palembang belum memiliki
peraturan daerah tentang
perlindungan benda-benda kuno bersejarah sebagai benda cagar budaya
(Kompas, 21 Juni 2007).
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemerintah
bahwa upaya pelestarian kawasan BKB
yang dilakukan pemerintah Kota Palembang hanya sebatas menjadikan
kawasan tersebut sebagai
wisata dengan pembuatan plasa BKB, sitting group, dan dermaga
kapal, dimana kawasan tersebut
ditujukan untuk wisata sungai atau air. Akan tetapi, tindak lanjut
pelestarian terhadap peninggalan
bersejarah yang dapat dijadikan sebagai aset wisata berupa bangunan,
prasarana fisik, dan
lingkungan kawasan masih belum dapat terlaksana dengan baik, mengingat
kawasan tersebut
merupakan kawasan cagar budaya yang memiliki berbagai peninggalan
bersejarah masa lampau
dan memiliki karakterisitik khas kawasan.
Selain itu, berdasarkan hasil observasi lapangan
dan hasil kuesioner kepada masyarakat
dapat diketahui bahwa aktivitas wisata yang ada dikawasan tersebut
kurang begitu berkembang
hanya digunakan sebagai tempat berkumpul, berkunjung ke museum, tempat
diadakan pertunjukan
acara pada waktu-waktu tertentu saja, festival musik, festival seni dan
budaya, dan bazzar.
Kebanyakan pengunjung hanya berkunjung ke museum dan melintasi kawasan
BKB menuju ke
Dermaga Sungai Musi atau ke plaza BKB karena akses masuk hanya dapat
dilewati dari kawasan
BKB dan berkunjung ke tempat wisata lainnya yang lebih menarik. Hal ini
dikarenakan atraksi
berupa bangunan kuno yang bernilai historis kurang terawat, tidak
memiliki aktivitas wisata yang
menarik dan kurangnya fasilitas pendukung. Walaupun kegiatan berwisata
di kawasan BKB
didukung dengan aktivitas perdagangan, seperti PKL, restoran dan warung
makan, tetapi kurang
tertata dan belum lengkap seperti belum adanya penjualan souvenir khas
Palembang.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan
pelestarian agar dapat melindungi
peninggalan bersejarah berupa bangunan, prasarana fisik, benda fisik
lainnya sebagai aset wisata
sehingga identitas kota yang khas tidak hilang akibat perkembangan kota
ke arah modern di
Kawasan Benteng Kuto Besak. Oleh karena itu, penelitian mengenai Kajian
Pelestarian Kawasan
Benteng Kuto Besak Palembang Sebagai Aset Wisata perlu dilakukan
sehingga dapat diketahui
upaya pelestarian yang sesuai diterapkan pada Kawasan Benteng Kuto Besak
sebagai kawasan
benda cagar budaya yang bermanfaat ekonomi dengan tetap mempertahankan
identitas kawasan
untuk
mendukung kawasan menjadi tujuan wisata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar